News

Harga Batu Bara Naik 4 Hari Beruntun

29 November 2018

Bisnis.com, JAKARTA – Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif Januari 2019 ditutup menguat 1,44% atau 1,45 poin di level US$102,30 per metrik ton, level penutupan tertinggi untuk kontrak tersebut dalam sekitar dua pekan.

Harga batu bara melanjutkan penguatannya setelah berakhir menanjak 1,36% atau 1,35 poin di posisi 100,85 pada perdagangan Rabu (28/11).

Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Januari 2019 juga melanjutkan penguatannya pada hari keempat dengan berakhir menguat 1,23% atau 1,05 poin di level 86,10 kemarin.

Adapun harga batu bara thermal untuk pengiriman Januari 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange kembali terkoreksi dan ditutup turun 0,60% atau 3,6 poin di level 599 yuan per metrik ton pada perdagangan Kamis, setelah mampu rebound pada sesi perdagangan sebelumnya.

Menurut China Coal Transport & Distribution Association, seperti dilansir dari Bloomberg, aktivitas perdagangan spot tetap lamban, sedangkan stok di sejumlah pembangkit listrik meningkat.

Sementara itu, harga minyak mentah menguat untuk pertama kalinya dalam tiga hari terakhir setelah Rusia menyatakan kesediaan untuk bergabung dengan Arab Saudi dalam membatasi pasokan global.

Harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Januari 2019 berakhir menguat 1,16 poin atau 2,31% di level US$51,45 per barel pada perdagangan Kamis (29/11) di New York Mercantile Exchange.

Minyak Brent untuk kontrak Januari, yang berakhir Jumat, ditutup menguat 1,28% atau 0,75 poin di level US$59,51 di bursa ICE Futures Europe London.

Dilansir dari Bloomberg, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan dalam sebuah wawancara di Argentina bahwa Rusia menginginkan lebih banyak prediktabilitas dan "dinamika harga yang mulus" di pasar minyak mentah dunia.

Pernyataan tersebut menyambut KTT G20 di mana Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman diperkirakan akan membahas pasokan minyak menjelang pertemuan yang lebih luas dari eksportir minyak utama pekan depan.

WTI telah jatuh 21% bulan ini, di jalur pergerakan bulanan terburuk dalam satu dekade terakhir. Namun, setelah meluncur di bawah US$50 per barel sebelumnya pada hari Kamis, sejumlah analis melihat pasar telah oversold, ungkap Bart Melek, kepala analis komoditas di TD Securities di Toronto.

Putin memuji Putra Mahkota Saudi pada hari Rabu dan mengatakan Moskow siap untuk bekerja sama lebih lanjut. Dia juga mengatakan bahwa minyak mentah sekitar US$60 per barel adalah "seimbang dan adil" dan jauh di atas tingkat yang diperlukan untuk menjaga anggaran pemerintahnya.

Sebaliknya, Arab Saudi membutuhkan minyak lebih dari US$80 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya.