News

Minyak Mentah Anjlok, Harga Batu Bara Tetap Positif

11 December 2018

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara terus naik pada akhir perdagangan Senin, (10/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif Februari 2019 ditutup menguat 0,1% atau 0,10 poin di level US$101,95 per metrik ton, kenaikan pada hari ketiga.

Harga batu bara melanjutkan penguatannya setelah berakhir naik 0,1% atau 0,10 poin di posisi 101,85 pada perdagangan Jumat (7/12).

Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Januari 2019 hanya berakhir stagnan di level 87,35 kemarin, setelah ditutup menguat 0,23% atau 0,20 poin pada perdagangan Jumat.

Adapun harga batu bara thermal untuk pengiriman Januari 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange ditutup menguat 0,7% atau 4 poin di level 573,8 yuan per metrik ton pada perdagangan Senin, juga kenaikan pada hari ketiga.

“Kondisi dingin di seluruh negara telah meningkatkan pembakaran batu bara di pembangkit-pembangkit listrik, dan jika konsumsi terus meningkat, harga spot mungkin menanjak,” jelas analis Zhongtai Securities Li Junsong dalam risetnya, seperti dikutip Bloomberg.

Jumlah stok di enam pembangkit listrik utama China turun menjadi 28 hari penggunaan pada hari Jumat (7/12), level terendah sejak 12 Oktober, menurut data China Coal Resource.

Sementara itu, weather.com.cn melaporkan bahwa suhu di sebagian besar negara akan tetap lebih rendah dari biasanya selama tiga hari ke depan.

Selain faktor tersebut, tambah Li, impor batu bara yang lebih rendah dalam dua bulan terakhir tahun ini mungkin telah mendukung harga domestik.

Berbanding terbalik dengan batu bara, harga minyak mentah mencatat pelemahan terburuk dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Senin (10/12) karena meningkatnya keraguan mengenai nasib pemangkasan produksi OPEC dan produsen lainnya.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari ditutup anjlok 3,1% di level US$51 per barel di New York Mercantile Exchange. Adapun minyak Brent untuk pengiriman Februari anjlok US$1,70 atau 2,76% di level US$59,97 di bursa ICE Futures Europe London.

Dilansir Bloomberg, minyak mentah menghapus semua penguatan yang dipicu kesepakatan pekan lalu antara Rusia, Arab Saudi dan produsen lainnya untuk menekan pasokan.

Kekhawatiran tentang permintaan juga turut menekan harga setelah data menunjukkan impor China naik di bawah ekspektasi dan Beijing memanggil duta besar AS untuk memprotes penangkapan CEO Huawei.

Analis di Goldman Sachs Group Inc. dan Morgan Stanley mencatat, meskipun aliansi yang dikenal sebagai OPEC+ setuju untuk memangkas sekitar 1% dari produksi global, bagaimana pemotongan akan dilaksanakan masih belum dipastikan.

Ketidakpastian tetap ada karena kesepakatan OPEC+ tidak menentukan alokasi negara dan membebaskan Libya, Venezuela serta Iran, menurut Goldman Sachs.

Meskipun Morgan Stanley mengatakan pemotongan mungkin akan cukup untuk menyeimbangkan pasar pada semester pertama tahun depan, mereka memperkirakan kenaikan akan terbatas dan memangkas perkiraan harga Brent sebesar US$10 per barel untuk 2019.

“Anda dapat melihat bagaimana angka-angkanya bisa bekerja, tetapi itu bukan hal yang mengejutkan,” kata Michael Hiley, kepala perdagangan energi OTC di LPS Futures di New York.

Sementara itu, pengebor minyak AS, Hess Corp. dan ConocoPhillips juga mengumumkan bahwa mereka akan mempertahankan atau meningkatkan output pada 2019, tanda bahwa penurunan harga baru-baru ini tidak akan menghentikan ledakan minyak shale AS.