News

Eksportir Hemat Biaya Logistik Berkat Rute Langsung ke Negara Ekspor

09 November 2018

Detik.com, Jakarta - Kehadiran kapal direct-call (singgah langsung) untuk tujuan langsung ke berbagai negara tujuan ekspor khususnya kapal kontainer dengan ukuran 5000-1000 TEUs di Pelabuhan Tanjung Priok, meningkatkan daya saing produk nasional di pasar internasional 15-20%.

Demikian disampaikan pengamat maritim dari Institut Teknologi Surabaya (ITS), Saut Gurning, Rabu (7/11/2018).

Peningkatan daya saing tersebut, lanjut dia, didapat dari penghematan biaya pelayaran lantaran kapal yang digunakan untuk mengangkut barang tidak perlu singgah dulu ke negara lain seperti Singapura dan Malaysia sebelum ke Indonesia.

"Namun bila jasa logistik perdagangan lewat laut dari dan ke Indonesia dalam konteks perdagangan nasional, saya kira akan meningkatkan daya saing produk nasional di pasar internasional paling tidak 15-20%, yang didapat dari substitusi biaya singgah (transhipment) berbagai perdagangan internasional kita lewat Singapura dan Malaysia," papar Saut.

Dia menegaskan, pelaku usaha perdagangan nasional semakin menikmati efisiensi cost logistic ini.

"Potensi efektivitas, kemudahan ke pasar negara tujuan khususnya ke berbagai wilayah China, Jepang, Korea, Eropa, Timur Tengah dan berbagai negara Amerika Utara sangat baik. Hal ini sekaligus mendongkrak efisiensi biaya dan waktu logistik perdagangan internasional kita tanpa harus tergantung pada kegiatan singgah (transhipment) di Singapura dan Malaysia," ujar Saut.

Dia menegaskan, keuntungan lain yang diperoleh dari pelaku usaha adalah adanya penurunan biaya logistik sekitar 15-20% biaya perdagangan akibat kontribusi biaya pengapalan (dari dan ke Indonesia) serta biaya penanganan barang di pelabuhan (transhipment).

"Belum lagi waktu tempuh juga secara rasional akan menurun, paling tidak 2-3 hari lebih cepat. Akibat tidak dibutuhkannya kegiatan alih-muat (transhipment) kontainer/barang dari ke atas kapal di Singapura/Malaysia. Dengan catatan, pelabuhan nasional mampu secara komparabel mampu menghasilkan kinerja layanan kapal dan kontainer seperti yang dilakukan pelabuhan Singapura dan Malaysia," ungkapnya.

Sementara itu, beberapa waktu sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita mengatakan kapal besar masuk tidak hanya memperlancar arus barang impor ke Indonesia tapi mempercepat dan memperbanyak arus ekspor.

"Kita harapkan dengan kapal besar masuk tidak hanya memperlancar arus barang impor ke Indonesia, tapi juga mempercepat dan memperbanyak arus ekspor Indonesia ke luar negeri. Kita juga mengharapkan makin banyak direct call ke pelabuhan-pelabuhan di negara ASEAN," tuturnya, beberapa waktu lalu.

Selain itu, lanjut Zaldy, frekuensi angkutan kapal raksasa juga memiliki jadwal yang jelas. Diharapkan masuknya kapal-kapal besar ke Indonesia perlu jadwal kapal yang konsisten," tutur Zaldy. 

Mengenai kemungkinan turunnya biaya logistik dengan adanya kapal raksasa, Zaldy menuturkan bahwa tidak akan berpengaruh banyak. Pasalnya dengan adanya kapal raksasa ini hanya mampu menurunkan biaya pengiriman barang melalui kapal (freight) karena memiliki daya angkut yang lebih banyak.

Zaldy menambahkan, untuk menurunkan biaya logistik perlu dilakukan pembenahan di beberapa sektor. Kedatangan kapal besar dan Jalan Tol Akses Tanjung Priok merupakan langkah awal hingga dilakukan pembangunan pelabuhan baru seperti Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat.

Seperti diketahui, ekspor langsung (direct call) produk-produk buatan Indonesia, ke Amerika Serikat (AS) menggunakan kapal berukuran raksasa, dengan sistem pelayaran langsung tanpa singgah di pelabuhan mana pun.

Belum lama ini, Jokowi mengatakan, direct call sangat efektif karena dapat menurunkan biaya logistik dan waktu tempuh, kapal berukuran raksasa itu akan mengangkut komoditas barang nonmigas asal Indonesia sebanyak 4.300 TEUs petikemas.

Ini bertujuan untuk memangkas biaya logistik berkisar US$ 300-500 per petikemas, direct call juga dapat mengurangi waktu tempuh ke tempat tujuan. Ada pun komoditas barang nonmigas yang diekspor ke AS terdiri atas, produk-produk tekstil dan machinery metal.

"Artinya, pengiriman ini besar sekali. Dilakukan secara efisien melalui fasilitas direct call dan menurunkan biaya logistik. Setiap kontainer menghemat biaya US$ 300 dan ini akan memberikan daya saing produk-produk kita dengan negara lain. Dan, saat ini yang dikirim adalah produk alas kaki, garmen, elektronik, dan banyak lagi yang lain," kata Kepala Negara.