News

Gapki : Pergerakan Harga Sawit Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

28 September 2018

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan pegerakan harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) sedikit banyak turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, pergerakan harga komoditas ini disebut turut mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, khususnya petani sawit di daerah.

Wakil Ketua Umum Gapki Bidang Perdagangan Togar Sitanggang menggambarkan grafik harga CPO sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Dia mencontohkan, seperti yang terjadi pada 2009 ketika harga sawit US$ 0,66 per kilogram, pertumbuhan ekonomi saat itu 4,6%. Setahun kemudian, ketika harga sawit meningkat menjadi US$ 0,86 per kilogram, pertumbuhan ekonomi juga naik sebesar 6,2%.

Di tahun berikutnya yakni pada 2011, harga sawit kembali meningkat sebesar US$ 1,02 per kilogram, ekonomi Indonesia kembali bergerak naik sebesar 6,3%. Namun, ketika harga harga sawit menjadi mulai turun menjadi US$ 0,92 per kilogram pada 2012, capaian pertumbuhan ekonomi juga tercatat melambat 6,1%.

Demikian halnya ketika harga sawit terus merosot hingga 2015 sebesar US$ 0,56 per kilogram, pertumbuhan ekonomi juga terus melambat di kisaran 4,9% dan seterusnya hingga 2017, yang mana tren yang terjadi selalu sama.

"Ini bukti harga sawit punya peran untuk perekonomian dan kesejahteraan petani," kata Togar di Jakarta, Kamis (27/9).

Karenanya, untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menjadikan komoditas sawit bisa lebih diterima luas, menurutnya industri sawit berkelanjutan menurutnya harus terus didorong, sekaligus sebagai jawaban dalam Sustainable Development Goals (SDGs) dalam upaya penghapusan kemiskinan, pengentasan kelaparan, peningkatan pekerjaan dan ekonomi, pengurangan ketidaksetaraan, serta tanggung jawab terhadap konsumsi dan produksi.

"Keberlanjutan harus menyangkut aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi," ujarnya.

Hal itu juga dirasakan oleh Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah sebagai penerima sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Amanah berlokasi di Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau dengan pendanaan United Nations Development Programme (UNDP).

Ketua Amanah Sunarno menyebutkan banyak keuntungan menjadi petani sawit swadaya bersertifikat ISPO seperti adanya perbaikan taraf hidup. "Taraf hidup kami semakin meningkat jika pengelolaan sawit sesuai dengan aspek keberlanjutan," kata Sunarno.

Sementara itu, Director of Communication of Aidenvironment Asia Eric Walker mengungkapkan bahwa isu keberlanjutan dalam pengelolaan kelapa sawit mesti terus ditingkatkan.

Alasannya, predikat produsen sawit terbesar seperti yang disandang Indonesia dan Malaysia saat ini masih menjadi sorotan karena masih lekat kaitannya dari aspek lingkungan, Hak Asasi Manusia (HAM), pembakaran hutan, dan perlindungan orang utan.

Sumber: https://katadata.co.id/berita/2018/09/28/gapki-pergerakan-harga-sawit-pengaruhi-pertumbuhan-ekonomi