Berita

Asa Rupiah di Pundak Industri Minyak Sawit

05 September 2018

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri minyak sawit kini tengah berada di jalur yang tepat untuk mendukung perekonomian Indonesia.

Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan ada dua hal positif yang membuat industri tersebut berkembang.

Pertama, adalah mundurnya larangan penggunaan biodiesel berbasis sawit di Eropa menjadi 2030 sehingga ekspor komoditas itu ke Benua Biru dapat tetap lancar.

Lalu kedua, adanya program B20 atau solar dengan 20% bauran minyak sawit yang diwajibkan pemerintah mulai 1 September 2018.

"Diplomasi palm oil, hasilnya, kita bisa menghemat Rp 62 triliun dari penurunan crude oil, dan kita bisa menunda sampai 2030. Jadi, masalah palm oil bisa lebih baik. "

"Dalam trade war sekarang ini kita bisa hemat impor. [Sekarang] B20, kita lihat B30," jelas Luhut, Rabu (5/9/2018).

Adapun terkait dengan penggunaan minyak sawit ke sebagai bahan bakar, Luhut mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan program B100 dalam tiga tahun ke depan.

Seperti diketahui, program B20 ini dicanangkan pemerintah untuk menahan tingginya laju impor migas sehingga neraca perdagangan menjadi negatif yang kemudian berdampak pada melebarnya defisit transaksi berjalan, di mana hal ini menjadi biang kerok melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Defisit neraca perdagangan ini antara lain juga bisa dihapus melalui peningkatan ekspor.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20180905123350-4-31825/asa-rupiah-di-pundak-industri-minyak-sawit