Berita

Harga Batu Bara Terus Terkoreksi

24 July 2018

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara terpantau terus terkoreksi hingga akhir perdagangan kemarin, Senin (23/7/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin, harga batu bara di bursa komoditas Newcastle untuk kontrak September 2018 ditutup turun 0,09% atau 0,10 poin di level US$109,90 per metrik ton.

Harga batu bara kontrak September 2018 telah terkoreksi pada perdagangan hari ketiga berturut-turut setelah terakhir kali menguat 1,37% atau 1,55 poin ke level 114,85 pada perdagangan Rabu (18/7). Adapun pada perdagangan Jumat (20/7), batu hitam ditutup melemah 2,48% di level US$110 per metrik ton (lihat tabel).

Sementara itu, di bursa Zhengzhou Commodity Exchange, harga batu bara thermal untuk pengiriman September turun 0,91% dan berakhir di 612,6 yuan per metrik ton pada perdagangan kemarin.

Dalam risetnya, Shanghai Cifco Futures mengatakan stok batu bara di pelabuhan dan pembangkit listrik tetap berada di level yang tinggi. “Beberapa harga domestik pun telah turun saat operasi penambangan berlanjut,” jelasnya, seperti dikutip Bloomberg.

Laman Steelhome melaporkan, jumlah persediaan batu bara pada enam pembangkit listrik utama di China bertambah menjadi 15,2 juta ton pekan lalu. Jumlah stok naik bahkan ketika aktivitas pembakaran batu bara harian di enam pembangkit listrik utama pada Sabtu menyentuh level tertingginya sejak Februari.

Di bursa komoditas Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak Agustus 2018, kontrak teraktif di bursa Rotterdam, berakhir turun 0,05% atau 0,05 poin di level US$96,70 per metrik ton pada perdagangan Senin.

Sejalan dengan batu hitam, harga minyak mentah juga berakhir turun di tengah penguatan dolar AS dan kekhawatiran meningkatnya stok di Oklahoma.

Pada perdagangan Senin (23/7), minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September ditutup melemah 0,5% atau 0,37 poin di posisi US$67,89 per barel di New York Mercantile Exchange.

Adapun minyak Brent untuk kontrak September turun 0,01 poin atau 0,01% dan berakhir di level US$73,06 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London.

Dilansir Reuters, penyedia data Genscape Inc menunjukkan peningkatan pasokan di Cushing, Oklahoma untuk pekan lalu. Data tersebut memicu kekhawatiran bahwa kemampuan untuk mengangkut minyak mungkin terhambat oleh kapasitas pipa yang menurun.

“Kenaikan stok di Cushing mungkin mencerminkan beberapa tekanan dalam sistem, terutama sistem transportasi," kata Rob Haworth dari US Wealth Management AS di Seattle, seperti dikutip Bloomberg.

“Tidak banyak faktor yang mendorong harga. Arab Saudi dan Rusia masih mungkin akan meningkatkan produksi,” lanjutnya.

Pelaku pasar masih khawatir bahwa produsen utama OPEC, Arab Saudi, akan meningkatkan output untuk menebus kerugian dari negara-negara seperti Venezuela. Pada bulan Juni, produser memompa paling banyak dalam tiga tahun terakhir.

Pada saat yang sama, ada kekhawatiran bahwa konflik perdagangan yang sedang berlangsung antara AS dan China akan merusak kegiatan ekonomi dan menekan permintaan minyak.

“Minyak sedang dalam proses stabilisasi. Beberapa tekanan jual berasal dari dolar, yang telah menguat," kata Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy.

Sumber: http://market.bisnis.com/read/20180724/94/819892/harga-batu-bara-terus-terkoreks